beritakecelakaan.id, Tomohon – Kronologi dugaan keracunan massal menimpa 79 mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT). Insiden ini terjadi sejak Rabu, 10 September 2025. Mahasiswa mulai mengalami keluhan kesehatan setelah menyantap makanan yang disediakan di Asrama Putra-Putri UKIT pada Kamis, 11 September 2025.
UKIT merupakan perguruan tinggi swasta berbasis Kristen Protestan di Kota Tomohon. Kampus menyediakan fasilitas asrama dan layanan makan sehari-hari bagi mahasiswa.
Mahasiswa Mengalami Gejala Keracunan
Mahasiswa berinisial K menceritakan kronologi kejadian. Pada Rabu malam, K dan teman-temannya menyantap menu tahu, tempe, dan sayur. Setelah mengonsumsi makanan itu, K merasakan sakit perut.
“Saya awalnya merasa sakit perut itu biasa saja,” kata K. Namun, pada keesokan harinya, rasa sakitnya meningkat. Saat berada di ruang kelas, K hampir pingsan, sehingga teman-temannya segera membawanya ke Rumah Sakit Umum GMIM Bethesda.
Beberapa mahasiswa lain juga mengalami keluhan serupa. Mereka mulai dirawat sejak Rabu, Kamis sore, malam, hingga Jumat pagi. RS Bethesda menjadi sesak karena jumlah korban yang banyak. Beberapa mahasiswa harus dirujuk ke rumah sakit lain karena fasilitas di RS Bethesda penuh.
K kini telah membaik meski masih mengalami demam. Mahasiswa baru ini baru sebulan menjalani perkuliahan dan memiliki cita-cita menjadi pendeta. “Saya menganggap ini ujian awal, tapi saya tidak akan menyerah,” ujarnya penuh keyakinan.
Mahasiswa lain, berinisial L, mengalami gejala berbeda. Pada Jumat, 12 September 2025, L terlihat lemah di kursi roda di RS Bethesda. Ia mengonsumsi menu yang sama pada Rabu malam. L mengalami demam, rasa lemah, sakit perut, dan sering buang air. Tim medis membawa L ke rumah sakit pada Jumat pagi. Orang tua L berada di luar daerah, sehingga rekan-rekannya mendampingi.
Beberapa mahasiswa lainnya beruntung karena makan di luar atau mengonsumsi sedikit makanan. Mereka tetap merasakan gejala ringan, tetapi tidak separah teman-temannya.
Tim Medis Menangani Korban
Tim medis merawat para korban di RS Umum GMIM Bethesda dan RS Gunung Maria Tomohon. RS Bethesda terletak di Jalan Raya Tomohon, Kelurahan Talete Satu, Kecamatan Tomohon Tengah, sementara RS Gunung Maria berada di Jalan Sejahtera No. 282. Kedua rumah sakit menyediakan pelayanan darurat dan perawatan rutin bagi mahasiswa yang sakit.
Kasat Reskrim Polres Tomohon, Iptu Royke Raymon Mantiri, menyatakan bahwa polisi terus mendata korban. “Beberapa mahasiswa masuk rumah sakit pada Rabu dan Kamis. Kami tetap mengecek laporan korban baru,” ujar Royke. Hingga kini, polisi mencatat 68 mahasiswa mengalami keracunan, dan angka ini bisa bertambah.
Polres Tomohon memeriksa 12 saksi, termasuk delapan staf dapur, koki, dan pihak yang membeli bahan makanan. Polisi mengambil sampel tempe, sayuran, dan penyedap rasa, lalu laboratorium forensik menganalisis sampel tersebut.
Pihak Kampus Turun Tangan
Dekan Fakultas Teologi UKIT, Pdt. Dr. Denny A. Tarumingi, mengonfirmasi dugaan keracunan. “Kami turun langsung ke rumah sakit sejak Rabu hingga hari ini untuk mendampingi mahasiswa,” ujar Denny. Pihak kampus membayar seluruh biaya perawatan mahasiswa dan memastikan tim medis memberikan pelayanan maksimal.
Denny menyerahkan penyelidikan kepada Dinas Kesehatan dan kepolisian. Ia menegaskan bahwa pihak kampus menunggu hasil resmi dari instansi terkait. Kasus ini menunjukkan pentingnya pengawasan kualitas makanan di asrama, terutama bagi mahasiswa yang tinggal jauh dari rumah.
Kota Tomohon dan Akses Layanan
Kota Tomohon berada di Provinsi Sulawesi Utara, berjarak 35 km dari Bandara Sam Ratulangi Manado. Waktu tempuh dari Manado sekitar satu jam. Kota ini terletak di wilayah pegunungan, dikelilingi Kabupaten Minahasa, dan dulunya bagian dari Kabupaten Minahasa sebelum menjadi kota otonom pada 2003. Posisi geografis ini memudahkan akses layanan kesehatan dan pendidikan bagi warga kota maupun mahasiswa.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi pihak kampus, mahasiswa, dan masyarakat untuk mengawasi kualitas makanan, menjaga kesehatan, dan bertindak cepat ketika ada gejala keracunan. Dengan koordinasi antara pihak rumah sakit, kepolisian, dan kampus, mahasiswa dapat menerima penanganan medis tepat waktu dan proses penyelidikan dapat berjalan transparan.