beritakecelakaan.id – Fajar Nugros menyutradarai Perempuan Pembawa Sial, film yang menampilkan kehidupan Mirah (Raihaanun) berubah drastis karena kutukan Bahu Laweyan. Film ini memadukan horor, budaya Jawa, dan pesan moral, menciptakan ketegangan yang kuat sekaligus menyentuh emosi penonton.
Mirah Menghadapi Kutukan
Mirah menjalani hidupnya di bawah kutukan Bahu Laweyan. Setiap laki-laki yang menjalin hubungan dengannya mengalami nasib tragis. Pernikahan demi pernikahan gagal, meninggalkan luka dan kesedihan. Film menampilkan perjuangan Mirah mencari jawaban atas kutukannya, sambil menghadapi dendam dan pengkhianatan. Penonton terus bertanya-tanya: siapa korban sesungguhnya, siapa pelaku, dan siapa yang layak mendapat belas kasihan?
Fajar Nugros menyusun alur cerita yang padat dan bergerak cepat, tanpa menyisakan dialog panjang yang membosankan. Penonton tetap fokus pada tragedi yang menimpa Mirah sekaligus penasaran asal kutukan Bahu Laweyan. Misteri ini memicu pertanyaan: apa yang pernah dilakukan Mirah di masa lalu?
Horor dengan Budaya Jawa
Fajar Nugros menonjolkan budaya Jawa dalam film ini. Ia memanfaatkan mitos Bahu Laweyan sebagai inti cerita. Kehadiran Didik Ninik Thowok menambah autentisitas melalui tarian tradisional yang memperdalam nuansa mistis. Film menggabungkan unsur horor modern dan budaya lokal, menekankan kekayaan warisan Indonesia sekaligus menyampaikan refleksi sosial yang relevan hingga kini.
Karakter Kompleks dan Dinamis
Fajar Nugros menulis karakter dengan lapisan yang rumit. Penonton menyesuaikan simpati dari satu tokoh ke tokoh lain sepanjang cerita. Mirah awalnya tampak malang, kemudian muncul sisi mencurigakan. Puti (Clara Bernadeth) menarik simpati sekaligus membuat penonton heran dengan tindakannya.
Raihaanun membawa penonton merasakan kebingungan, kesedihan, dan ketegangan Mirah. Penonton menyelami batin perempuan yang terjebak antara cinta, kutukan, dan rasa bersalah. Film menunjukkan bahwa manusia tidak bisa dinilai dari satu sisi saja; pengalaman hidup dan luka emosional membentuk tindakan mereka.
Horor Intens dengan Jumpscare
Film memadukan jumpscare dengan timing tepat, atmosfer gelap, dan efek suara menegangkan. Fajar Nugros membangun ketegangan konsisten, membuat penonton selalu waspada. Adegan darah muncul secukupnya, menimbulkan rasa takut tanpa terkesan berlebihan. Kutukan Bahu Laweyan tampil nyata, mengancam Mirah secara brutal.
Penonton selalu menunggu kejutan berikutnya, mencampur rasa takut dan penasaran. Ketegangan ini membuat film tetap seru hingga akhir.
Pesan Moral dan Refleksi
Film menyampaikan pesan moral: manusia bisa berubah tergantung pengalaman dan luka emosional. Rasa sakit bisa menimbulkan dendam atau kejahatan, tetapi kesempatan kedua bisa membuat seseorang menjadi lebih baik. Film juga menyiratkan refleksi mengenai pengorbanan, rasa bersalah, dan stigma terhadap perempuan. Mirah mewakili perempuan yang sering dijadikan kambing hitam atas tragedi di sekitarnya.
Perempuan Pembawa Sial menegaskan bahwa horor paling menakutkan berasal dari luka manusia yang belum sembuh, bukan sekadar hantu atau darah. Film ini meninggalkan kesan emosional dan intelektual yang mendalam bagi penonton.