TOMOHON, beritakecelakaan.id – Rabu malam (10/9/2025), seorang mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) berinisial K menyantap menu tahu, tempe, dan sayuran di asrama tempatnya tinggal. Tanpa disadari, makanan itu menjadi awal dari peristiwa keracunan massal yang menyerang mahasiswa Fakultas Teologi UKIT.
Keesokan harinya, K merasakan sakit perut yang semakin parah. Saat berada di ruang kelas, ia hampir pingsan. Teman-temannya segera membawa K ke Rumah Sakit Bethesda Tomohon untuk mendapatkan perawatan medis.
1. Mahasiswa UKIT Menderita Keracunan Massal
Sejumlah mahasiswa Teologi UKIT juga mengalami gejala serupa dan harus dibawa ke rumah sakit. Data sementara dari Polres Tomohon mencatat 68 korban, namun jumlah ini bisa bertambah karena masih ada mahasiswa yang belum melapor.
K menjelaskan, “Saya masih agak demam,” saat diwawancarai di RS Bethesda Tomohon, Jumat (12/9/2025). Ia mengaku kondisi sudah membaik setelah mendapat pengobatan. Banyak teman K yang lebih dulu dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sama, termasuk pada Rabu sore, Kamis malam, hingga Jumat dini hari.
Situasi rumah sakit pada dini hari Jumat sangat padat. Beberapa mahasiswa bahkan harus dirujuk ke rumah sakit lain karena kapasitas RS Bethesda penuh.
Mahasiswa lain, berinisial L, menceritakan pengalamannya yang berbeda. Ia merasakan lemah, lunglai, dan harus duduk di kursi roda saat dibawa ke rumah sakit. L mengaku baru saja mendapatkan suntikan pada Jumat pagi.
Seorang teman yang hanya makan sedikit mengatakan gejala yang dialaminya tidak terlalu parah. Sementara mahasiswa lain yang makan di luar asrama merasa lebih beruntung karena tidak terkena keracunan parah.
2. Makanan Asrama Diduga Tidak Layak Konsumsi
Tribunmanado.com mengumpulkan informasi bahwa kasus keracunan ini bukan kali pertama terjadi di asrama UKIT. Seorang mahasiswa yang enggan disebut nama mengaku, “Pernah ada ikan yang disajikan sama sekali tidak layak dimakan.”
Ia menambahkan, biaya makanan dan asrama yang dibayarkan mahasiswa baru mencapai Rp 18 juta per semester, termasuk Rp 5 juta untuk makanan dan Rp 2 juta untuk asrama. Mahasiswa semester menengah dan atas membayar sekitar Rp 14 juta per semester.
Ketua Fakultas Teologi UKIT, Denny A. Tarumingi, menyatakan pihaknya akan mengevaluasi penyediaan makanan di asrama. “Kami berjanji akan melakukan evaluasi,” ujarnya. Ia juga mengunjungi para mahasiswa yang dirawat di rumah sakit untuk memastikan mereka mendapat perawatan optimal.
Seorang orang tua mahasiswa menyarankan agar ke depan pihak kampus menghadirkan ahli gizi atau membebaskan mahasiswa membawa makanan sendiri. Ia menekankan, keamanan makanan harus menjadi prioritas, terutama mengingat biaya yang dibayarkan sudah cukup tinggi.
3. Kronologi Keracunan Mahasiswa dan Tindakan Medis
Para mahasiswa mengonsumsi makanan yang sama untuk sarapan, makan siang, dan makan malam pada Rabu (10/9/2025). Setelah beberapa jam, K mulai merasakan sakit perut ringan. Pada keesokan harinya, rasa sakit semakin parah hingga hampir pingsan.
Lainnya, seperti L, mengalami demam tinggi, lemah, sakit perut, serta sering buang air. Mahasiswa ini langsung dibawa ke RS Bethesda untuk mendapatkan suntikan dan perawatan medis.
Beberapa teman yang makan dalam porsi kecil mengalami gejala ringan, sementara yang makan lebih banyak harus menjalani rawat inap. Rumah sakit memberikan perawatan intensif maupun rawat jalan, menyesuaikan kondisi setiap korban.
4. Polresta Tomohon Turun Tangan dan Periksa Saksi
Polresta Tomohon memeriksa 12 saksi terkait kasus keracunan massal mahasiswa Teologi UKIT. Kasat Reskrim Polresta Tomohon, Royke Mantiri, menyatakan delapan saksi berasal dari dapur asrama, termasuk koki, staf dapur, dan pihak yang membeli bahan makanan.
Selain itu, polisi mengambil keterangan empat korban keracunan dan mengumpulkan sampel makanan berupa tempe, sayuran, dan bumbu penyedap untuk diperiksa di laboratorium. Royke menekankan, “Kami memastikan semua langkah penyelidikan berjalan transparan.”
Polisi terus memantau kondisi mahasiswa yang menjalani perawatan di RS Bethesda dan RS Gunung Maria. Mereka menegaskan, semua korban akan mendapatkan pengobatan optimal hingga benar-benar pulih.
5. Mahasiswa Tetap Semangat Meski Mengalami Ujian
K, mahasiswa baru yang baru sebulan menjalani perkuliahan, menilai kejadian ini sebagai ujian awal hidupnya. Ia mengatakan, “Saya tidak akan menyerah, meski ini ujian pertama saya.” Banyak mahasiswa lainnya tetap semangat mengikuti perkuliahan setelah pulih dari keracunan.
Pengalaman ini menjadi peringatan bagi pihak kampus dan asrama agar lebih memperhatikan kualitas makanan, kebersihan dapur, dan pengawasan ahli gizi. Evaluasi menyeluruh diharapkan dapat mencegah kejadian serupa di masa depan.