beritakecelakaan.id – Dalam sebulan terakhir, Transjakarta mengalami tiga insiden kecelakaan yang melibatkan armada bus mereka. Peristiwa pertama terjadi pada Sabtu, 6 September 2025, di Jalan Minangkabau Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan. Sebuah bus listrik Transjakarta menabrak trotoar setelah pramudi mengalami microsleep saat melintasi U-turn tajam. Akibatnya, bus tersebut banting stir dan menabrak toko di sampingnya, menyebabkan seorang penjaga toko terluka.
Kecelakaan kedua terjadi pada Kamis, 18 September 2025, di Jalan Cideng Timur, Jakarta Pusat. Bus Transjakarta koridor 3 bertabrakan dengan truk karena keduanya berada di fase lampu lalu lintas yang sama. Satu orang terluka dalam insiden ini.
Peristiwa ketiga berlangsung pada Jumat, 19 September 2025, di kawasan Stasiun Cakung, Jakarta Timur. Bus Transjakarta koridor 11 menabrak pengendara mobil dan motor, serta sebuah rumah toko setelah pramudi panik akibat menyenggol motor di blind spot saat U-turn. Akibatnya, tujuh orang terluka, tiga unit kendaraan rusak, dan tiga bangunan terdampak.
Penyebab Utama: Human Error
Direktur Utama Transjakarta, Welfizon Yuza, mengungkapkan bahwa penyebab utama dari ketiga kecelakaan tersebut adalah human error. Dalam dua insiden pertama, pramudi wanita diduga mengalami microsleep, sedangkan pada insiden ketiga, pramudi panik setelah bus menyenggol motor di blind spot. Welfizon menekankan pentingnya evaluasi terhadap faktor manusia dalam operasional bus Transjakarta.
Selain itu, Welfizon juga menyoroti adanya potensi penyalahgunaan identitas sopir di lapangan. Hal ini menunjukkan lemahnya kontrol dan pengawasan terhadap pramudi, yang dapat berkontribusi pada terjadinya kecelakaan.
Langkah Perbaikan dan Kerja Sama dengan KNKT
Sebagai langkah perbaikan, Transjakarta bekerja sama dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk melakukan audit menyeluruh terhadap sistem operasional, sumber daya manusia, dan teknis armada. Welfizon berharap, melalui kerja sama ini, Transjakarta dapat mengidentifikasi area-area yang perlu perbaikan dan merumuskan langkah-langkah mitigasi yang efektif.
Sebelumnya, Transjakarta telah menjalankan rekomendasi KNKT, termasuk 15 tindakan keselamatan spesifik untuk mencegah kecelakaan. Namun, insiden yang berulang menunjukkan perlunya evaluasi dan perbaikan berkelanjutan dalam sistem operasional mereka.
Evaluasi dari DPRD DKI Jakarta
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Nur Afni Sajim, menyoroti lemahnya pengawasan dan rekrutmen sopir sebagai penyebab utama dari kecelakaan bus Transjakarta. Ia bahkan mengungkap adanya praktik penyalahgunaan identitas sopir di lapangan. Nur Afni menyarankan agar Transjakarta memperkuat kontrol dan pengawasan terhadap pramudi untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan.
Dengan langkah-langkah perbaikan yang sedang dilakukan, diharapkan Transjakarta dapat meningkatkan keselamatan operasional dan memberikan layanan transportasi publik yang lebih aman dan nyaman bagi masyarakat Jakarta.